Mankowari : Blusukan ke gang – gang sempit, ke pasar, kawasan
perkampungan padat penduduk, yang dilakukan oleh para pejabat, atau bahkan oleh
para calon pemimpin kita, yang sedang mengambil simpati rakyatnya, agar memilih
dia saat pemilihan umum nantinya. Mungkin kondisi tersebut adalah pemandangan
yang biasa kita lihat.
Terlebih, sorot media
massa tak henti- hentinya mempublikasikan, seolah sosok tersebut adalah dipresipsikan
“luar biasa” dalam memberikan penilaian kepadanya. Sekalipun hal tesebut
sah-sah saja untuk dilakukan.
Berbeda halnya dengan blusukan yang dilakukan oleh team
pendayagunaan BMH Manokwari, Papua Barat. Sekalipun sama istilahnya, namun
peran dan aktivitas yang mereka lakukan sangat berbeda. Santunan kepada yatim
dan dhuafa’ fakir miskin yang jarang diperhatikan, adalah kegiatan utama yang
mereka lakukan.
Diantara lokasi yang menjadi titik blusukan BMH adalah daerah
transmigrasi, perkampungan miskin, baik miskin secara finansial, maupun miskin
pengetahuan agama, bahkan daerah yang belum pernah merasakan terangnya malam
dengan listrik, karena daerah tersebut belum masuk listrik.
Seperti kampung majemos, daerah SP 1 sampai dengan daerah SP
11. Bahkan, menurut kepala cabang BMH manokwari, Maulana Muhammad, “daerah yang paling parah
adalah SP 10 dan SP 11, karena lokasi tersebut sangat jauh dari kota, masih
suasana hutan, pelosok, bahkan tidak jarang kondisi alam yang sangat
“mengerikan” menjadi sahabat dalam aktivitas blusukannya”.
Menurutnya, “kegiatan blusukan seperti sejatinya telah
dilaksanakan mulai sebelum ramadhan 1434 yang lalu, hingga akan terus berlanjut
sampai daerah tersebut dapat tercerahakan dengan baik. InsyaAllah.”
Salah satu tokoh masyarakat di kampung majemos H. Nurul
yakin menyampaikan rasa terimakasihnya
kepada BMH, yang telah memberikan bantuan ke daerahnya,. Bahkan kata lelaki
yang disapa oleh pak haji itu “ program sperti ini sangat bagus, dan kalau
perlu ditingkan kedepannya. lembaga lain seperti BMH sekiranya juga dapat
mengikuti jejak BMH kedepannya, karena memang daerah ini sangat jarang
diperhatikan oleh pemerintah setempat”. Ujar tokoh masyarakat yang sudah
menjadi transmigran dari pulau jawa ke pulau tanah papua ini.
Sebagaimana yang dikutip dari cerita Maulana (kepala Cabang
BMH Manokwari) kepada redaksi, bahwa selain kehidupan mereka yang susah karena
persoalan perekonomian yang melanda masyarakat di kampung transmigran tersebut,
persoalan pemurtadan agama yang dilakukan oleh para misionaris, merupakan
persoalan yang juga sangat berat.
Kepada kaum muslimin, maulana berharap agar umat Islam yang
memiliki kelebihan harta untuk mendukung program-program keummatan yang
dilaksanakan oleh BMH Manokwari dan BMH secara Nasional. Semoga, Aamiin.*** (Jules).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar